Minggu, 01 Juli 2007
Tapantri, When Everything is Lost
Huh, akhirnya tiba juga waktunya untuk menangis dan bermaafan. Sore itu aura perpisahan dan haru terasa begitu kuat. Panggung aula penuh, oleh orang-orang yang menangis, walau sebagian ada yang tertawa-tawa...

17 Juni 2007, berawal dari lapangan depan aula. Pagi itu acara Tasyakur Pelepasan Santri (tapantri) dimulai dengan upacara adat (dan mungkin ini adalah debut pertamanya di DA), dengan pentas Silat, dan pertunjukkan beberapa orang berpakaian hitam yang mengayun-ayunkan tongkat mereka. Entah. Tapi penonton terlihat antusias di pinggiran lapangan, sebagian ada yang mengintip dari ruang makan. Dan akhirnya, sampai semua kelas 6 mengecup telapak tangan kepala sekolah dengan diiringi kata-kata maaf dan perpisahan yang (sepertinya) dibacakan oleh seorang bapak kepala 4, sampai kepala sekolah menangis dan mengusap air matanya dengan sapu tangan, dan sampai sinilah upacara adat selesai. Semua bergerombol menuju aula untuk mengikuti acara yang lain, sebagian pulang ke asrama.


Suasana upacara adat, dijaga ketat pendekar Tapak Suci

Di dalam aula tak terlalu penuh, udara segar masih bergerak bebas. Tulisan SENYUM, AMARAH, DAN AIR MATA terlihat begitu jelas di atas panggung yang masih tertutup. Ya, tema Tapantri sekarang adalah Senyum, amarah, dan air mata. Setelah semunya terlihat tertib, acarapun dimulai. Dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan sambutan-sambutan (walaupun sering disebut dengan lomba pidato) sebamgai pembukanya.

Setelah semua pengantar (yang mungkin terlalu basa-basi) selesai satu persatu, tibalah waktunya acara inti. Saat di mana setiap kelas membuktikan kebolehan mereka.

Suara tabuhan drum diiringi alunan getar senar gitar kini menjadi sentral perhatian di panggung aula yang telah dibuka. Orang-orang berteriak histeris, yang bahkan sampai mengalahkan frekwensi getar suara musik itu sendiri. Aula ribut, hebat.


Kelas 3A putera membawakan lagu gila-gilaan. ketika membawakan lagu ini, banyak alumni masuk aula untuk melihatnya

Ketika siang tiba, panas mungkin membakar hangus antusiasme banyak orang untuk berteriak-teriak dan mengikuti semangat musik yang sedang berlangsung. Sedikit-sedikit orang-orang merasa bosan, dan teriakan ”turun, turun!” merefleksikannnya. Walau tak begitu banyak. Susunan kursipun semakin tak beraturan, karena banyak orang membawa kursi ke sembarang tempat dan duduk seenaknya. Sebagian menggeser-geser kursi itu ke lantai.

Tapi mungkin apa yang pernah dikatakan orang benar. Bahwa anak DA mempunyai potensi besar yang tertutup oleh aspal. Dan saat ini potensi itu muncul. Gerombolan santri yang terlihat bosan di belakang membuat formasi duduk melingkar, dengan bagian tengah yang kosong. Tak begitu besar. Dan saat group band di depan bernyanyi, lingkaran ini dipenuhi orang-orang yang joged. Awalnya berkerumun, tapi lama-kelamaan mereka menampilkan debutnya di lingkaran itu secara personal dan bergilir. Sendiri-sendiri. Kini suasana terlihat begitu ceria, dan dapat dipastikan, hampir semua mata dan tawa di gedung itu tertuju pada lingkaran ini, tidak pada group band di depan.

Waktu berlalu, dan acara ini telah berjalan berjam-jam. Semua kelas sudah tampil, kini tiba saatnya acara puncak. Seluruh panitia menuju ke depan, duduk di bawah panggung. Semua diam, sepi. Merekapun (kelas 6) mulai berkata-kata: tentang sesal mereka, kesalahan mereka, cerita mereka, perasaan mereka. Dan diam-diam terdengar beberapa orang berkata-kata dengan bahasa mereka sendiri yang gagap, mereka menangis.

Setelahnya, semua santri naik ke panggung untuk menyalami dan memeluk mereka. Huh, akhirnya tiba juga waktunya untuk menangis dan bermaafan. Sore itu aura perpisahan dan haru terasa begitu kuat. Panggung aula penuh, oleh orang-orang yang menangis, walau sebagian ada yang tertawa-tawa. Hanya sebentar, tapi mungkin waktu berjalan agak lambat dalam perasaan semuanya kala itu. Ini terasa lama.

Akhirnya ini selesai juga. Konfigurasi kisah yang tersusun dalam waktu. Telah terlewati...
posted by Iiq Pirzada @ 22.56  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
 
About me

Iiq Pirzada adalah seorang
santri Darul Arqam yang
beberapa kali dipanggil ke
kantor kepala sekolah karena
mengadakan kumpul KMR
putera-puteri. Ia juga pernah
dikeluarkan dari kelas saat
mendebat seorang guru.
Beberapa tulisannya pernah
menjuarai lomba, dan yang
paling diingatnya adalah saat
memenangkan juara 1 lomba
tulis artikel Ma'rakat Go Public
se-Garut 2005. Saat itu ia
masih kelas 2 SMP, dan harus
melawan saingannya yang
rata-rata sudah SMA.


Menu
Quote

Tulisan yang bagus itu
bukan tulisan yang kata-
katanya selangit, tapi tulisan
yang bagus itu adalah
tulisan yang selesai

Fahd Djibran
President Prophetic Freedom


Sekilas Info

DA lagi libur sampe tanggal
13 Januari, Insya Allah
smester 2 akan banyak acara IRM


Contact Us

iqbal_iiq26@yahoo.com

Tulisan Lain
Archives
Links
Cafe

Cafe
Pengunjung